Rabu, 21 Mei 2008

Senandung untuk pasir

Kalbu ini bersekat
dari tirai asa yg melebat
saat harapan lama melapuk
dia datang untuk membebat agar tak rapuh
ku ragu menerimanya
meyakini hati dia bisa kugenggam
memang luka goresan yg tak tergenggam itu telah mengering
namun perihnya membuatku takut
walau sekedar untuk menengadahkan telapak tangan

sang pasir seperti fatamorgana
sesuka hati menampakkan diri
bagaimana bila ini rindu?
Bagaimana bila ini resah?
Aku bertahan menanti, tapi haruskah aku begini?

Meski bukan istana terindah
aku mampu menatapmu
meski bukan danau yg luas
aku rasakan nyaman itu
meski bukan badut terlucu
aku senang berada di dekatmu

wahai Sang Bijak yg mengetahui isi hatiku&hatinya
ungkapkan serpihan rasa yg memenuhiku
aku bukan si pandai merangkai kata
dan dia bukan si cerdas yg tau maksudku

wahai Sang Bijak yg mengetahui segalanya
pantaskah aku takut?
Pantaskah aku bharap semu?
Namun bila kuhanya memendam
aku seperti batu tua yg mulai berlumut

pasirku..biarku temukan butiranmu
beri tahu aku keberadaanmu
karena kekhawatiran tentangmu selalu sempurna tertutupi
tanpa mampu kuungkap padamu....

May 21st'08, 00:35 a.m.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

brilliant! a true art work. gw suka banget ama puisi lo yang ini.

Anonim mengatakan...

brilliant! a true art work. nuansa ngerenungnya kerasa banget.